Kamis, 13 Juni 2013

Kamis 13 juni 2013 


Broken Home

Broken Home
Istilah "broken home" biasanya digunakan untuk menggambarkan keluarga yang berantakan akibat ortu kita tak lagi peduli dengan situasi dan keadaan keluarga di rumah. Ortu nggak lagi perhatian terhadap anak-anaknya, baik masalah di rumah, sekolah, sampai pada perkembangan pergaulan kita di masyarakat.

 
zNamun, broken home bisa juga diartikan dengan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera karena sering terjadi keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan berakhir pada perceraian. Kondisi ini menimbulkan dampak yang sangat besar terutama bagi anak-anak. Bisa saja anak jadi murung, sedih yang berkepanjangan, dan malu. Selain itu, anak juga kehilangan pegangan serta panutan dalam masa transisi menuju kedewasaan.
Karena orangtua merupakan contoh (role model), panutan, dan teladan bagi perkembangan kita di masa remaja, terutama pada perkembangan psikis dan emosi, kita perlu pengarahan, kontrol, serta perhatian yang cukup dari mereka. Orangtua merupakan salah satu faktor sangat penting dalam pembentukan karakter kita selain faktor lingkungan, sosial, dan pergaulan.

Nah, buat kita-kita yang mengalami broken home, gimana sih cara mengatasinya supaya kita tetap merasa "baik-baik" saja dan tidak menjadi malu serta tidak percaya diri atau lari dari masalah dengan cara-cara yang salah?
Sebenarnya ada banyak cara yang bisa kita lakukan apabila kita terjebak dalam situasi yang tidak mengenakkan ini. Awalnya sih sulit dan tidak gampang karena kita mesti menghadapi situasi yang belum pernah kita hadapi sebelumnya. Namun, bukankah setiap permasalahan itu ada jalan keluarnya? Nah, berikut ini ada beberapa cara ampuh untuk mengatasi situasi seperti itu.
Hadapi semuanya dengan sikap positif

Tidaklah semua yang terjadi itu merupakan hal buruk meskipun itu sesuatu yang berdampak negatif ke kita. Kita harus mencoba menerima keadaan dan berusaha tegar. Hal ini akan membantu kita mengatasi masalah tersebut.

Berpikir positif
Peristiwa yang kita alami kita lihat dari sisi positifnya. Karena di balik semua masalah pasti ada hikmah yang dapat kita petik. Jadikan itu semua sebagai proses pembelajaran bagi kita sebagai remaja menuju tahap kedewasaan. Jauhkan segala pikiran buruk yang bisa menjerumuskan kita ke jurang kehancuran, seperti memakai narkoba, minum-minuman keras, malah sampai mencoba untuk bunuh diri.

Jangan terjebak dengan situasi dan kondisi
Yang jelas, kita enggak boleh terjebak dengan situasi dan menghakimi orangtua atau diri sendiri atas apa yang terjadi serta marah dengan keadaan ini. Alangkah baiknya apabila kita bisa memulai untuk menerima itu semua dan mencoba menjadi lebih baik. Keterpurukan bukanlah jalan keluar. Sebaiknya sih kita bisa tegar dan mencoba bangkit untuk menghadapi cobaan ini. Tetap berusaha itu kuncinya.

Mencoba hal-hal baru
Tidak ada salahnya kita mencoba sesuatu yang baru, asal bersifat positif dan dapat membentuk karakter positif di dalam diri kita. Contohnya, mencoba hobi baru, seperti olahraga ekstrem (hiking, rafting, skating atau olahraga alam) yang dapat membuat kita bisa lebih fresh (segar) dan melupakan hal-hal yang buruk.

Cari tempat untuk berbagi
Kita enggak sendirian lho, karena manusia adalah makhluk sosial yang hidup berdampingan dengan orang lain. Mencari tempat yang tepat untuk berbagi adalah solusi yang cukup baik buat kita, contohnya teman, sahabat, pacar, atau mungkin juga saudara. Ya… usahakan tempat kita berbagi itu adalah orang yang dapat dipercaya dan kita bisa enjoy berkeluh kesah dengan dia.
Beberapa hal di atas dapat dijadikan acuan buat kita karena sebenarnya semua permasalahan itu ada solusinya.

Enggak perlu panik
Kita enggak bisa mengelak apabila itu terjadi pada keluarga kita walaupun kita tidak menginginkannya. Enggak perlu panik ataupun sampai depresi menghadapinya. Walaupun berat, kita juga musti bisa menerimanya dengan bijak. Karena siapa sih yang mau hidup di tengah keluarga yang broken home? Pasti semua anak enggak akan mau mengalaminya.

Broken home bukanlah akhir dari segalanya bagi kehidupan kita. Jalan kita masih panjang untuk menjalani hidup kita sendiri. Pergunakanlah situasi ini sebagai sarana dan media pembelajaran guna menuju kedewasaan. Ingat, kita tidak sendiri dan bukanlah orang yang gagal. Kita masih bisa berbuat banyak serta melakukan hal positif. Menjadi manusia yang lebih baik belum tentu kita dapatkan apabila ini semua tidak terjadi. Mungkin saja ini merupakan sebuah jalan baru menuju pematangan sikap dan pola berpikir kita

CINTA...

 

 

Banyak ahli yang mengemukakan teori tentang cinta. salah satunya adalah Stenberg, yang mengajukan teori segitiga cinta. Cinta adalah suatu perasaan emosi yang kuat penuh kasih sayang terhadap seseorang yang bersifat positif serta memiliki pengaruh positif (apabila individu mengimplementasikan cinta sesuai makna yang sebenarnya) bagi individu yang merupakan gabungan dari berbagai perasaan, hasrat, dan pikiran yang terjadi secara bersamaan.

Teori cinta/ teori segitiga cinta Sternberg (dalam Sternberg dan Barnes, 1988) mengemukakan  bahwa cinta memiliki tiga bentuk utama (tiga komponen), yaitu: keintiman (intimacy), gairah (passion), dan keputusan atau komitmen (decision/commitment). 

Berikut ini akan dijelaskan mengenai komponen cinta menurut Sternberg (dalam Sternberg dan Barnes, 1988):

Keakraban atau keintiman (intimacy)

Keakraban atau keintiman (intimacy) Adalah perasaan dalam suatu hubungan yang meningkatkan kedekatan, keterikatan, dan keterkaitan. Dengan kata lain bahwa intimacy mengandung pengertian sebagai elemen afeksi yang mendorong individu untuk selalu melakukan kedekatan emosional dengan orang yang dicintainya.

Hasil penelitian Sternberg dan Grajeg (dalam Sternberg dan Barnes, 1988) menunjukkan keakraban mencakup sekurang-kurangnya sepuluh elemen, yaitu:

1.     Keinginan meningkatkan kesejahteraan dari yang dicintai 

2.     Mengalami kebahagiaan bersama yang dicintai   

3.     Menghargai orang yang dicintainya setinggi-tingginya 

4.     Dapat mengandalkan orang yang dicintai dalam waktu yang dibutuhkan 

5.     Memiliki saling pengertian dengan orang yang dicintai 

6.     Membagi dirinya dan miliknya dengan orang yang dicintai 

7.     Menerima dukungan emosional dari orang yang dicintai 

8.     Memberi dukungan emosional kepada orang yang dicintai 

9.     Berkomunikasi secara akrab dengan orang yang dicintai 

10.  Menganggap penting orang yang dicintai dalam hidupnya

Gairah (Passion)

Gairah (passion) meliputi rasa kerinduan yang dalam untuk bersatu dengan orang yang dicintai yang merupakan ekspresi hasrat dan kebutuhan seksual. Atau dengan kata lain bahwa passion merupakan elemen fisiologis yang menyebabkan seseorang merasa ingin dekat secara fisik, menikmati atau merasakan sentuhan fisik, ataupun melakukan hubungan seksual dengan pasangan hidupnya. Komponen passion juga mengacu pada dorongan yang mengarah pada romance, ketertarikan fisik, konsumsi seksual dan perasaan suka dalam suatu hubungan percintaan.

Dalam suatu hubungan (relationship), intimacy bisa jadi merupakan suatu fungsi dari seberapa besarnya hubungan itu memenuhi kebutuhan seseorang terhadap passion. Sebaliknya, passion juga dapat ditimbulkan karena intimacy. Dalam beberapa hubungan dekat antara orang-orang yang berlainan jenis, passion berkembang cepat sedangkan intimacy lambat.

Passion bisa mendorong seseorang membina hubungan dengan orang lain, sedangkan initmacylah yang mempertahankan kedekatan dengan orang tersebut. Dalam jenis hubungan akrab yang lain, passion yang bersifat ketertarikan fisik (physical attraction) berkembang setelah ada intimacy. Dua orang sahabat karib lain jenis bisa tertarik satu sama lain secara fisik kalau sudah sampai tingkat keintiman tertentu.

Terkadang intimacy dan passion berkembang berlawanan, misalnya dalam hubungan dengan wanita tuna susila, passion meningkat dan intimacy rendah. Namun bisa juga sejalan, misalnya kalau untuk mencapai kedekatan emosional, intimacy dan passion bercampur dan passion menjadi keintiman secara emosional.

Pada intinya, walaupun interaksi intimacy dan passion berbeda, namun kedua komponen ini selalu berinteraksi satu dengan yang lainnya di dalam suatu hubungan yang akrab.

Keputusan atau Komitmen (decision/commitment)

Komponen keputusan atau komitmen dari cinta mengandung dua aspek, yang pertama adalah aspek jangka pendek dan yang kedua adalah aspek jangka panjang. Aspek jangka pendek adalah keputusan untuk mencintai seseorang. Sedangkan aspek jangka panjang adalah komitmen untuk menjaga cinta itu. Atau dengan kata lain bahwa komitmen adalah suatu ketetapan seseorang untuk bertahan bersama sesuatu atau seseorang sampai akhir.

Kedua aspek tersebut tidak harus terjadi secara bersamaan, dan bukan berarti bila kita memutuskan untuk mencintai seseorang juga berarti kita bersedia untuk memelihara hubungan tersebut, misalnya pada pasangan yang hidup bersama. Atau sebaliknya, bisa saja kita bersedia untuk terikat (komit) namun tidak mencintai seseorang. Komponen ini sangat diperlukan untuk melewati masa-masa sulit.

Commitment berinteraksi dengan intimacy dan passion. Untuk sebagian orang, commitment ini adalah merupakan kombinasi dari intimacy dan timbulnya passion. Bisa saja intimacy dan passion timbul setelah adanya komitmen, misalnya perkawinan yang diatur (perjodohan). 

Keintiman dan komitmen nampak relatif stabil dalam hubungan dekat, sementara gairah atau nafsu cenderung relatif tidak stabil dan dapat berfluktuasi tanpa dapat diterka. Dalam hubungan romantis jangka pendek, nafsu cenderung lebih berperan. Sebaliknya, dalam hubungan romantis jangka panjang, keintiman dan komitmen harus memainkan peranan yang lebih besar (Sternberg, dalam Strernberg & Barnes, 1988).

Ketiga komponen yang telah disebutkan di atas haruslah seimbang untuk dapat menghasilkan hubungan cinta yang memuaskan dan bertahan lama.


Jumat, 07 Juni 2013

Tugas Observasi E-learning


1.         Roswanda Fitri Utami Pelawi (121301009)
2.         Hetty Juliani (121301015)
3.         Puspita Sari (121301013)
4.         Dewi Suci Armadhani (121301053)
5.         Kristy Merlin (12130115)
A.     Identitas Sekolah
·         Nama Sekolah             : SMA NEGERI 1 BERASTAGI
·         Alamat Sekolah           : Jl. Jamin Ginting No.12 Berastagi
                                             Telp (0628) 91075
·         Uang Sekolah              : Rp 150.000/ bulan
·         Konsep e-learning        :
o   Individu (online dengan memanfaatkan jaringan wi-fi dan offline dengan belajar menggunakan power point)
o   Kelompok (tidak sinkron dengan menggunakan grup facebook dari kelas masing-masing)
·         Awal diterapkan          : Sejak 2007 sampai sekarang
B.     Uraian Aktivitas Observasi
·          Hari Pelaksanaan         : Kamis, 23 mei 2013
·         Waktu Pelaksanaan      : Pukul 10.00 WIB 
·         Pembagian Tugas         :
Kelompok kami yang berjumlah 5 orang dibagi menjadi 2 kelompok, dimana Kristy Merlin dan 
Dewi Suci Armadhani di kelas XI IPA-3 dengan mata pelajaran Bahasa Inggris oleh Pak  Julianus Ariston Sinurat,S.Pd , sedangkan Roswanda Fitri Utami Pelawi, Hetty Juliani dan Puspita Sari di kelas XI IPA-2 dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia oleh Ibu Mary Susyanna Br Bangun.



·         Narasumber :
Nama   : Vita
Usia     : 17 tahun
Agama : Katolik
Kelas : XI IPA 3
Prestasi : Menjadi Juara Kelas
         
C. Laporan Hasil Observasi
I.           Pendahuluan
Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan bangsa dan faktor pendukung yang memegang peranan penting di seluruh sektor kehidupan, sebab kualitas kehidupan suatu bangsa sangat erat hubungannya dengan tingkat pendidikan. Peran sekolah dinilai sangat penting bagi maju dan berkembangnya masyarakat dan terjaminnya kebutuhan kehidupan mereka kelak di kemudian hari.
Namun, landasan untuk membentuk pendidikan sekolah yang unggul harus terus diperbaiki agar pendidikan didunia sekolah lebih baik lagi. Mulai dari teori belajar yang digunakan, manajemen kelas, orientasi belajar, hingga motivasi belajar siswa juga harus diperhatikan. Dengan begitu kualitas pendidikan yang terbaik dapat kita berikan untuk semua anak bangsa.
Pendidikan saat ini telah berkembang sangat pesat, apalagi hal ini didukung dengan adanya teknologi. Salah satu bentuknya adalah metode pembelajaran dengan konsep e-learning.
II.        Landasan Teori
1. Teori belajar
Pandangan teori belajar menurut aliran behavioristik ( tingkah laku) adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon, menekankan pada “hasil” dari proses belajar. Menurut aliran kognitif adalah proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan , yakni asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi (penyeimbangan) menurut piaget, menekankan pad “proses” belajar. Menurut aliran humanistik adalah apa yang mungkin dikuasai ( dipelajari) oleh siswa, tercakup dalam tiga kawasan, yaitu kognitif, psikomotor, afektif menurut Blomm dan Krathowl, menekankan pada “isi” atau apa yg dipelajari.
2. Orientasi Belajar
Pendekatan pembelajaran dibagi menjadi :
·         Teacher Centered Learning
     Guru merancang pelajaran-pelajaran yang dimaksudkan untuk memenuhi standar dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya menggunakan prosedur-prosedur yang mendukung perolehan pengetahuan dan keterampilan yang ditetapkan.
·         Student Centered Learning
Proses pembelajaran secara konvensional menempatkan guru atau dosen sebagai sumber belajar yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan kepada siswa atau mahasiswa.
3. Manajemen Kelas
Manajemen kelas merupakan kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar efektif di dalam kelas. Prinsip manajemen kelas di aplikasikan secara berbeda untuk setiap tingkatan pendidikannya dan di sesuaikan juga denga kebutuhan yang ada dengan mempertimbangkan iklim dan budaya sekolah.
Beberapa gaya penataan kelas:
·         Gaya auditorium: gaya susunan kelas di mana semua murid duduk menghadap guru.
·         Gaya tatap muka: gaya susunan kelas di mana murid saling menghadap.
·         Gaya off-set: gaya susunan kelas di mana sejumlah murid (tiga atau empat orang) duduk di bangku namun tidak berhadapan langsung satu sama lain.
·         Gaya seminar: gaya susunan kelas di mana sejumlah murid (sepuluh atau lebih) duduk di susunan berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U.
·         Gaya kluster: gaya susunan kelas di mana sejumlah murid (biasanya empat sampai delapan orang) bekerja dalam kelompok kecil.
4. Perspektif Motivasi
Santrock (2008) menjelaskan motivasi berdasarkan 4 perspektif yaitu:

III.      Objek Penelitian
Siswa/i SMAN 1 Berastagi, khususnya siswa kelas XI IPA-2 dan XI IPA-3
IV.     Jadwal Pelaksanaan
            Kamis, 23 mei 2013 pada pukul 10.00 WIB
V.        Laporan penelitian
Dari proses belajar mengajar serta interview yang kami lakukan disana dapat diketahui bahwa sekolah SMAN 1 BERASTAGI sudah menerapkan e-learning baik secara individu maupun kelompok. Baik siswa maupun guru sudah aktif menggunakan internet untuk mengoptimakan proses belajar mengajar. Sekolah juga sudah mengakses materi pembelajaran melalui web sekolah sehingga para siswa dapat langsung mendownload materi pembelajaran yang berlangsung.
Web SMAN 1 BERASTAGI ada 3 , yaitu
Teori belajar yang diterapkan di SMAN 1 BERASTAGI ialah teori belajar kognitif. Dimana murid belajar berdasarkan minat dan pemikiran mereka sendiri. Kurikulum yang digunakan adalah KTSP, disini murid harus berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Motivasi yang diperoleh pun berdasarkan perspektif kognitif. Dimana perspektif kognitif berfokus pada ide-ide seperti motivasi internal murid untuk mencapai sesuatu, persepsi tentang sebab-akibat, kesuksesan dan kegagalan, terutama persepsi yang merupakan faktor penting dalam prestasi, dan keyakinan mereka bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan secara efektif.
Hal ini kami dapat berdasarkan wawancara yang kami lakukan dengan salah satu siswi dari kelas XI IPA 3 bernama Vita, ia mengungkapkan bahwa dirinya yang menjadi juara kelas sejak awal masuk mendapatkan motivasi dari dirinya sendiri. Hal itu disebabkan karena ia sebagai anak sulung dari 5 bersaudara merasa memiliki tanggungjawab besar untuk masa depan ke 4 adiknya yang juga masih bersekolah, ditambah lagi dengan keadaan ekonomi keluarganya yang kurang mencukupi. Hal itulah yang menjadi sumber motivasi terbesar nya untuk terus belajar agar dapat mempertahankan prestasinya di sekolah. Berdasarkan pernyataan para siswa, orientasi belajar yang digunakan akan berbeda pada mata pelajaran yang berbeda.
              

Orientasi belajar SCL(Student Centered Learning) ternyata  lebih sering digunakan daripada orientasi belajar TCL(Teacher Centered Learning), dimana proses belajar mengajar lebih tertuju pada murid. Disini siswa akan lebih banyak berperan didalam proses belajar mengajar baik sebagai pendengar maupun sebagai penyaji materi.
Menurut Andika, salah seorang siswa dari kelas XI IPA 2, orientasi belajar SCL yang dilakukan sudah efektif, dimana orientasi belajar ini dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Seperti saat mereka ditugaskan untuk menjelaskan materi, mereka akan berusaha untuk mencari bahan dari materi yang ingin mereka presentasikan dari berbagai sumber, sementara siswa lain harus aktif untuk bertanya agar lebih dapat paham. Sementara guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa hingga tujuan pembelajaran tercapai.
Pengelolaan  kelas yang diterapkan bersifat otoritatif, yakni guru menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas, disiplin sangat diutamakan. Gaya penataan struktur yaitu gaya auditorium yaitu semua murid duduk menghadap guru. Seluruh siswa merasa bahwa pengelolaan kelas yang mereka terapkan sudah sesuai dengan yang mereka inginkan, mereka juga merasa nyaman dengan bentuk pengelolaan kelas mereka.
VI.     Evaluasi
Tugas observasi ini sangat menyenangkan, karena kami mendapat pengalaman baru untuk terjun langsung ke lapangan. Namun, karena kurang nya pengalaman kami saat melakukan observasi ini membuat kami kurang memiliki persiapan yang cukup. Persiapan yang kurang ini disebabkan karena banyaknya tugas yang harus diselesaikan dalam waktu yang bersamaan.
           D.   Rangkuman Pribadi
Berdasarkan observasi yang kami lakukan, ternyata SMAN 1 Brastagi menggunakan teori belajar kognitif, dimana para siswa belajar berdasarkan kemauan dan kesadaran mereka sendiri. Tentunya hal ini sudah sangat baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses belajar-mengajar mereka lebih sering menggunakan orientasi belajar SCL daripada orientasi belajar TCL, dimana sistem pembelajaran terpusat pada siswa yang selalu dikontrol oleh sang guru yang juga berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa hingga tujuan pembelajaran tercapai.
Untuk manajemen kelas, mereka menggunakan gaya penataan auditorium yaitu semua murid duduk menghadap guru. Dan seluruh siswa merasa bahwa pengelolaan kelas yang mereka terapkan sudah sesuai dengan yang mereka inginkan, mereka juga merasa nyaman dengan bentuk pengelolaan kelas mereka. Motivasi mereka dalam belajar merupakan motivasi yang berdasarkan perspektif kognitif. Dimana perspektif kognitif berfokus pada ide-ide seperti motivasi internal murid untuk mencapai sesuatu, persepsi tentang sebab-akibat, kesuksesan dan kegagalan, terutama persepsi yang merupakan faktor penting dalam prestasi, dan keyakinan mereka bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan secara efektif.
Karena berdasarkan observasi yang kami lakukan terhadap beberapa siswa SMAN 1 Berastagi, saat ini mereka sudah dapat meningkatkan minat mereka dalam belajar. Kesimpulan menurut saya pribadi, perkembangan e-learning di SMAN 1 Brastagi sudah cukup baik, pelaksanaannya juga sudah berjalan dengan baik

            E.     Testimoni tentang perencanaan dan proses observasi
1.      Kristy Merlin
Perencanaan awal observasi sekolah yang akan kami lakukan tertuju pada sekolah yang ada di medan. Namun, karena waktu sudah tidak terkejar lagi berhubung sekolah di medan yang hendak kami  observasi meminta proposal yang tentunya belum pasti disetujui maka kami memilih melakukan observasi di SMAN 1 BERASTAGI. Selama melakukan observasi di SMAN1 BERASTAGI, saya dan teman-teman disambut baik dan ramah oleh wakil kepala sekolah SMAN 1 BERASTAGI. Saat melakukan observasi di kelas XI IPA 3, saya sangat senang karena kami diterima dengan baik dan adik-adik XI IPA 3 sangat terbuka saat kami hendak melakukan wawancara.
2.      Roswanda Fitri Utami Pelawi
Semula kelompok kami berencana observasi ke sekolah yang ada di Medan saja, berhubung sekolah di Medan meminta banyak persyaratan seperti surat dari dinas makanya kami putuskan ke sekolah SMAN 1 Brastagi. Selain itu juga saya merupakan alumni dari sekolah itu sehingga jalan masuk observasi tidak terlalu memberatkan syaratnya. Saya pribadi sangat senang observasi disana, karena selain sebagai alumni, para gurunya pun sudah saya kenal. Siswa/i nya juga sangat ramah-ramah sehingga proses observasi kami berjalan lancar.
3.      Hetty Juliani
Sewaktu saya melakukan observasi di SMAN 1 Brastagi, keadaan disana tidak ada yang mengecewakan. Disana ruangannya tertata rapi juga kedisiplinannya cukup baik. Pada saat proses pembelajaran semua berjalan lancer sesuai dengan peraturan. Saya juga merasa aman disana karena ramah lingkungan dan bersih. Menurut saya SMAN 1 Berastagi adalah SMA yang mematuhi peraturan. Tidak ada siswa yang keluar masuk pada saat pembelajaran.
4. Dewi Suci Armadhani
Tugas observasi sekolah ini merupakan tugas pertama saya untuk langsung melihat contoh yang sebenarnya ke lapangan. Tentunya saya merasa sangat senang dengan tugas psikologi pendidikan ini. Dengan penuh semangat saya dan teman-teman mencari informasi tentang sekolah yang akan kami observasi. Rencana awal, kami ingin melakukan observasi di sekolah yang ada di Medan. Tapi akhirnya berdasarkan kesepakatan kelompok, kami melakukan observasi di SMAN 1 Berastagi. Salah satu alasannya karena salah satu anggota kelompok kami adalah alumni sekolah itu. alasan yang kedua, kami ingin mengerjakan tugas sambil liburan. Walaupun hanya dilakukan selama beberapa jam, tapi saya sangat menikmati proses ini. Pengalaman saya saat berbagi cerita dengan adik-adik disana adalah pengalaman yang tak terlupakan. Saya bersama kristy harus mengahadapi tingkah-tingkah siswa yang berjumlah 35 orang itu tanpa didampingi sang guru untuk pertama kalinya. Bahkan seorang siswa memvideo kan kami yang sedang gugup saat berbicara didepan kelasnya. Tugas kali ini sangat menambah pengetahuan dan pengalaman saya.
5. Puspita Sari
Perasaan senang menemani perjalanan observasi saya di SMAN 1 BRASTAGI yang dilakukan bersama teman-teman sekelompok saya. Meski awalnya ingin melaksanakan observasi di sebuah sekolah yang berada di kota Medan, akan tetapi hal itu gagal terwujud dan berakhir pada kesepakan bersama teman-teman saya yaitu SMAN 1 BRASTAGI dan bertepatan di kelas XI IPA 2. Sambutan yang hangat kami terima dari wakil kepala sekolah, guru-guru dan juga murid-murid yang berada di sekolah tersebut, meski baru pertama kali, tugas kali ini merupakan pengalaman pertama saya dalam mengobservasi seuah sekolah, banyak pengalam, pengetahuan juaga ilmu yang saya dapatkan dalam tugas observasi tersebut. Terima kasih kepada wakil kepala sekolah, guru-guru, murid-murid SMAN 1 BRASTAGI dan tidak lupa terima kasih saya kepada ibu Fillia Dina Anggaraeni selaku PD III di Fakultas Psikologi.
                F.  Lampiran gambar saat observasi
      1.     Foto kelompok di SMAN 1 Berastagi
               


      2. Beberapa perangkat SMAN 1 Berastagi

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "