Senin, 20 Mei 2013

KADO TERAKHIR UNTUK SAHABAT


 Lima hari sebelum kawanku pindah jauh disana. Selepas makan siang, aku langsung kembali beranjak ketempat aku bermain dengan sahabatku.
“hei, kemana saja kamu? Daritadi aku nungguin” Tanya sahabatku yang bernama Alvi. “tadi aku makan siang dulu” jawabku sambil menahan perut yang penuh dengan makan siang “ah ya sudah, ayo kita lanjutkan saja mainnya” sahut Alvi. Tidak lama saat aku & Alvi sedang asyik bermain congklak, Rafid adiknya Alvi datang menghampiri kami berdua.
“kak, aku pengen bilang” kata Rafid “bilang apa?” sahut Alvi penasaran “kata bapak, sebentar lagi kita pindahan” jawab Rafid “hah? Pindah kemana?” tanyaku memotong pembicaraan mereka “ke Bengkulu” jawab Rafid dengan singkatnya “ya udah kak, ayo disuruh pulang sama ibu buat makan siang dulu” ajak Rafid ke Alvi “iya deh.. ehm.. Alma, aku pulang dulu ya aku mau makan siang” ujar Alvi “eh, iya deh aku juga mau pulang kalau gitu” sahutku tak mau kalah.

Sesampainya dirumah aku langsung masuk kedalam kamar & entah kenapa perkataan Rafid yang belum pasti tersebut, terlintas kembali ke pikiranku. “Andai perkataan tersebut benar, tak terbayang bagaimana perasaanku nanti” ujarku pada cermin yang menatapku datar “sudahlah daripada aku memikirkan yang belum pasti lebih baik aku mendengarkan musik saja” ujarku kembali sambil beranjak mengambil mp3. Tak lama kemudian aku mendengar sebuah pembicaraan, yang aku tau suaranya sudah tak asing lagi bagiku yaitu orang tuaku & orang tua Alvi sahabatku. Aku mencoba mendekati pintu kamar untuk mendengarkan pembicaraan itu. Tak lama tanganku keringat dingin, aku sudah mendapatkan inti pembicaraan ternyata benar apa yang dikatakan Rafid pada Alvi tadi siang bahwa mereka akan pindah kurang lebih sebulan lagi.

Lemas sudah tubuhku setelah mendengar kabar itu, tiba-tiba ibu mengetuk kamarku & mengagetkanku yang sedang bingung itu. *Tok3X… “Alma, kamu mengunci pintu kamarmu ya” Tanya ibu sambil mencoba membuka pintu “enggak kok” jawabku dengan lemasnya “kamu kenapa.. ayoo buka kamarmu!!” teriak ibu “iya.. sebentar” sahutku sambil membuka pintu.
“ngapain kamu mengunci kamar?” Tanya ibu.
“gak knapa2… tadi aku memang lg duduk didepan pintu” jawabku sambil menoleh keruang tamu yang berhadapan dengan kamar tidurku.
“ya sudah, tadi orang tuanya Alvi bilang kalau mereka ingin pindah bulan depan”
“iya, aku sudah tau” sahutku kembali ke kamar tidur.
“oh kamu tidak sedih kan?” Tanya ibu yang menghampiriku.
“…” tak kujawab pertanyaan ibu.
“hm.. sudahlah tak usah dibahas dulu.. sana tidur siang dulu biar nanti malam bisa mengerjakan PR” ujar ibu sembari mengelus elus rambutku.
“iya…” jawabku singkat.

Esoknya tepat dihari Minggu, matahari pagi menyambutku. Suara ayam berkokok dan jam beker menjadi satu. Tetapi, aku tetap saja masih ingin ditempat tidur. Sampai sampai ibuku memaksaku untyk tidak bermalas malasan.
“Alma, ayoo bangun.. perempuan gak baik bangun kesiangan” ujar ibu sambil melipat selimutku. “sebentar dulu lah.. aku masih ngantuk” sahutku sambil menarik selimut ditangan ibu. “itu Alvi ngajak kamu main.. ayoo bangun!!” ujar ibu kembali sambil mengeleng gelengkan kepala. “oh oke oke” sahutku semangat karena ingat bahwa Alvi akan pindah sebulan lagi. Lalu, aku langsung beranjak dan segera lari keluar kamar tidur untuk mandi & sarapan. Setelah itu Alvi tiba-tiba menghampiri rumahku
“Assalamualaikum, Alma!!” panggil Alvi dari depan rumah.
“walaikumsallam, iya!!” sahut ibuku yang beranjak keluar rumah.
“oh ibunya Alma, ada Alma nya gak?” Tanya Alvi.
“Alma nya lagi sarapan, sebentar ya tunggu dulu aja. Sini masuk” jawab ibuku.
“iya, terimakasih” sahut Alvi.

Ketika aku sedang asyik asyiknya sarapan, Alvi mengagetkanku.
“Alma, makan terus kau ini” ujar Alvi sambil tertawa. “yee, ngagetin saja kamu ini. Aku laper tau” sahutku sambil melanjutkan sarapan. “kok gak bagi-bagi aku sih” Tanya Alvi sambil menyengir kuda. “kamu mau, nih aku ambilin ya” jawabku sambil mengambil piring. “hahaha.. tidak, aku sudah makan, kau saja sana gendut” sahut Alvi sambil tertawa terbahak bahak. “ ya sudah” jawabku kembali sambil membuang muka. Tak berapa lama kemudian, sarapanku habis lalu Alvi mengajakku bermain games.
“sudah kan, ayoo main sekarang” ajak Alvi semangat.
“aduh, sebentar dong. Perutku penuh sekali ini” sahutku lemas karena kebanyakan makan.
“ah ayolah, makanya jangan makan banyak-banyak. Kalau gitu kapan mau dietnya” ujar Alvi menyindirku.
“ya sudah ya sudah.. ayoo mau main apa?” ajakku masih malas.
“Vietcong yuk tempur tempuran” jawab Alvi semangat seperti pahlawan jaman dulu.
“hah, okedeh” sahutku sambil menyalakan laptop milik ayah.

Kemudian, aku dan Alvi bermain games kesukaan kami berdua. Kami bermain bergantian, besar besaran skor, dll tidak berapa lama ibunya Alvi memanggilnya untuk pulang. “Assalamualaikum, ada Alvinya gak?” Tanya ibunya Alvi sambil tersenyum denganku. “ada-ada.. Alvi! ibumu mencarimu” kataku kepada Alvi yang sedang asyik bermain. “iya.. sebentar lagi, emangnya kenapa?” Tanya Alvi. “aku tidak tau, sana kamu pulang dulu. Kasian ibumu” ujarku sambil mematikan permainan. “huh… iya iya” sahut Alvi beranjak pulang kerumahnya.

Tak berapa lama, Alvi mengagetkanku saat aku sedang asyik melanjutkan permainan yang sedang aku mainkan. “Alma!!” panggil Alvi sambil menepuk pundakku. “Apa??” jawabku kaget. “aku pengen bilang sesuatu nih, hentikan dulu mainannya” ujar Alvi. “iya!!” jawabku agak kesal. “jadi gini.. dengarkan ya… ternyata aku akan pindah 3 hari lagi” cerita Alvi. “hah? Kok dipercepat??” sahutku memotong pembicaraan Alvi. “aku juga tidak tau, kau sudah memotong pembicaraanku saja. Sudah ya aku harus pulang ini.. bye!” ujar Alvi beranjak keluar rumah. “tunggu!! Kau serius??” tanyaku dengan penuh ketidak percayaan. “serius.. dua rius malahan” jawab Alvi sambil memakai sandal. “oh ok.. bye!!” sahutku kembali. Setelah Alvi pulang kerumahnya, aku langsung lari masuk kedalam kamar & mengunci diri. Aku tidak tau apa yang harus kulakukan sedangkan sahabatku sendiri ingin pindahan. Terlintas dipikiranku untuk memberikan Alvi sahabatku sebuah kado yang mungkin isinya bisa membuat Alvi mengingat persahabatan antara kita selamanya walaupun sampai akhir hayat nanti kita tak akan dipertemukan lagi. Ku ambil buku diary & kutuliskan cerita-cerita persahabatanku dengan Alvi. Tak lama kemudian , terpikirkan suatu hadiah yang akan kukasih dihari dia pindahan nanti lalu, aku ambil uang simpanan yang kusimpan didompetku & ku piker-pikir uangnya cukup untuk membelikan hadiah untuk Alvi.

Besoknya sehabis pulang sekolah, aku langsung berlari ke toko sepatu dekat rumahku. Ku lihat-lihat sepatu yang cukup menarik perhatianku, tiba-tiba ada seorang bapak-bapak yang menghampiriku.
“hai nak, kamu mencari sepatu apa?” Tanya seorang bapak yang menurutku adalah pemilik took sepatu tersebut.
“i..iya pak, maaf ada sepatu futsal tidak?” tanyaku sambil celingak celinguk kesegala rak sepatu.
“oh, ada kok banyak.. untuk apa? Kok perempuan nyari sepatu futsal?” Tanya pemilik sepatu itu sambil tertawa melihatku yang masih polos.
“bukan untukku pak, tapi untuk sahabatku” jawabku dengan polosnya.
“teman yang baik ya, memangnya temanmu mau ulang tahun?” Tanya pemilik toko itu. Entah kapan pemilik toko itu berhenti bertanyaku.
“iya” jawabku berbohong karena tak mau ditanya-tanya lagi.
“ok, sebentar ya. Bapak ambilkan dulu sepatu yang bagus untuk sahabatmu” ujar pemilik toko sepatu itu sambil berjalan ke sebuah rak sepatu.
“sip, pak” sahutku.

Tak lama, si pemilik toko sepatu itu kembali sambil membawa sepasang sepatu futsal.
“ini nak!!” kata pemilik toko sepatu itu.
“wah bagus sekali, berapa pak harganya?” tanyaku sambil melihat lihat sepatu yang dibawa oleh si pemilik toko itu.
“bapak kasih murah nak untukmu.. ini aslinya Rp. 60.000 jadi kamu bayar Rp.20.000 saja nak” jawab si pemilik toko itu sambil tersenyum.
“terima kasih banyak pak, ini uangnya” sahutku.
“iya nak, sama-sama” ujar sipemilik toko tersebut.
Setelah itu, aku kembali kerumah & mulai membungkus kado untuk Alvi. Mungkin ini hadiahya tidak seberapa, kutuliskan juga surat untuk Alvi.
Malamnya aku masih memikirkan betapa sedihnya perasaanku nanti jika sahabatku pindah pasti tidak bisa bermain bersama lagi seketika air mataku menetes & tiba-tiba ibu mengetuk pintuku. “Alma, ayo kerjakan dulu PRmu nanti kemalaman” ujar Ibu dari depan pintu kamar tidurku. “i..iya” sahutku sambil mengelap tetesan air mata yang membasahi buku yang sedang aku baca. Saat itu pikiranku masih campur aduk entah harus senang, sedih atau apa. Aku tidak bias konsen mengerjakan PR malam itu.

Besoknya disekolah, aku sering bengong sendiri sampai-sampai guruku bertanya kenapa aku seperti itu. Ku jawab saja dengan jawaban yang sangat singkat karena aku sedang memkikirkan bahwa besok lah dimana aku akan berpisah dengan sahabatku sendiri. Sepulang sekolah, aku langsung berlari memasuki kamar lagi, mengurung diri hingga malam. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahku & kuintip lewat jendela kamar. Tak lama kemudian juga Ibu memanggilku untuk keluar kamar sebentar.
“Alma, ayoo keluar sebentar. Ada Alvi nih” ajak ibu sambil membuka pintu kamarku.
“iya…” jawabku beranjak keluar kamar.
“nah kamu sudah disini, jadi begini besok kan Alvi mau pindah ayoo berpamitan dulu” ujar ibuku.
“Alma!!” peluk ibunya Alvi kepadaku. “maafin tante sama Alvi beserta keluarga ya jika punya salah sama kamu, ini tante ada sesuatu buat kamu” kata ibunya Alvi sambil memberiku sekotak coklat.
“i..i..iya” sahutku tak bisa menahan perasaan & sejenak kuingat bahwa aku juga punya hadiah untuk Alvi.
“Alvi, ini ada hadiah buat kamu. Terima ya” ujarku mulai menangis.
“iya. Alma jangan nangis dong” jawab Alvi.
“aku..” sahutku semakin sedih.
“sudah kamu tidak usah sedih nanti suatu saat kalian bisa ketemu kembali kok, ibu yakin” kata ibu sambil menghapus air mataku.
“ya udah, Alma jangan nangis ya… oh iya ini tante kasih no telp. Tante biar nanti kalau Alma kangen sama Alvi bisa sms atau telepon ya” ujar ibunya Alvi sambil menghapus air matanya pula yang hendak menetes.
“iya..” jawabku sambil masih menangis.
Malam pun tiba, Alvi dan keluarganya pun berpamit & harus segera pulang. Aku pun kembali ke tempat tidur & mulai menangis. Ku gigit bantal yang ada didekatku tak tahan aku melihat hal tadi.

Esoknya, tepat dipagi hari. Suara mobil kijang mengagetkanku & bergegas aku keluar. Ku lihat Alvi & keluarganya sudah bersiap-siap untuk berangkat, tubuhku mulai lemas ibu pun mengagetkanku untuk segera bersiap siap sekolah. Sebenarnya aku ingin tidak sekolah dulu hari itu tapi bagaimana juga pendidikan yang utama. Aku bergegas kesekolah tapi sebelum itu, aku berpamitan dengan Alvi lagi.
“Alvi!!” panggilku dari jauh.
“Alma!!” jawabnya sambil mendekatiku.
“jaga dirimu baik baik disana ya kawan, semoga banyak teman-teman barumu disana & jangan lupakan aku” ujarku mulai meneteskan air mata.
“iya, kamu tenang. Kalau kamu sedih kepergianku ini tidak akan nyaman” sahutnya sambil memberiku tissue.
“iya… terima kasih” jawabku kembali sambil menghapus airmata dengan tissue yang diberikan oleh Alvi.
“oh iya Alma, thanks ya buat kadonya itu bagus banget… aku juga udah baca suratnya… terima kasih banyak ya… akan kujaga terus kado mu” ujar Alvi menatapku.
“iya.. sama-sama karena mungkin itu kado terakhirku untukmu kawan” sahutku sambil tersenyum tak menunjukkan kesedihan lagi.
“kau memang sahabat terbaikku selamanya” kata-kata terakhir Alvi yang ia ucapkan kepadaku. Disitulah aku berpisah & disitulah aku harus menempuh hidup baru, juga makna dari sebuah persahabatan tanpa menilai kekurangan seorang sahabat.

 Pendekatan Psikologi

Pendekatan Psikologis pada karya sastra labih banyak berhubungan dengan tokoh-tokohnya. Dalam pendekatan ini membicarakan bagaimana tokoh tersebut, apakah benar secara psikologis. …baik sastra maupun psikologi sama-sama membicarakan manusia… (Wiyatmi, 2006: 106). Pada karya sastra tokoh yang dibicarakan adalah tokoh imajiner tetapi pada dunia nyata adalah tokoh secara nyata (manusia), yang keduanya mempunyai kemiripan sifat.

Pendekatan Psikologis Sastra dalam kumpulan cerpen ini terdapat pada tokoh-tokoh yang ada pada cerpen-cerpen di dalamnya. Tokoh-tokoh pada cerpen ini mempunyai kecenderungan yang hampir sama. Secara psikologis tokoh-tokoh pada cerpen-cerpen ini mempunyai kebenaran secara psikologis. Dalam pendekatan ini juga dipertanyakan apakah cerita pada tokoh itu masuk akal apa tidak serta keartistikan dalam karya tersebut. Tokoh dalam cerita ini berupa tokoh imaji yang mempunyai kemiripan dengan tokoh nyata pada kehidupan sehari-hari. Hal ini didukung oleh watak tokoh-tokohnya serta tingkah laku yang ada di dalam cerita jika dihubungkan dengan dunia yang nyata. Pada cerita-cerita ini tokoh yang berperan di dalamnya tidak didramatisir oleh penulis. Ini benar secara psikologi, karena tokoh-tokoh tersebut tidak berlebihan. Tokoh-tokoh tersebut yang dilihat dari segi psikologis ini menambah kompleksitas pada cerita dengan berbagai macam karakter dan apa yang terjadi di sana. Rectoverso ini mengandung beberapa fenomena yang berkaitan dengan kejiwaan yang tampak dalam perilaku tokoh-tokohnya. Tokoh-tokoh pada Rectoverso ini lebih banyak mengalami konflik batin. Secara psikologis tokoh-tokoh tersebut mengalami gangguan pada jiwanya berupa tekanan ataupun hal-hal yang ada pada perasaannya karena konflik dengan batinnya, antara lain kekhawatiran, kasih tak sampai, berharap-harap cemas, dan juga bagaimana kerinduan itu.

Secara psikologis tokoh-tokohnya berlaku wajar seperti halnya pada kehidupan. Terlihat pada cerpen yang berjudul Malaikat juga Tahu yang menceritakan seorang autis yang biasa disebut Abang juga bisa menyukai salah satu perempuan yang tinggal di kos-kosan di rumahnya. Mereka bersahabat dan sering menghabiskan waktu bersama ketika malam minggu. Abang sering melakukan kelakuan anehnya (bagi orang sekitarnya) dan itu merupakan kebiasaanya seperti mengumpulkan sabun dan membangunkan orang-orang di pagi hari dengan menggedor-gedor, melolong suaranya, dan juga beberapa tingkah anehnya. Ia juga marah jika ada yang mengganggunya. Secara diam-diam ia menyukai perempuan itu yang teryata ia adalah kekasih adiknya yang ada di luar negeri. Mereka selalu ngobrol yang bagi orang lain aneh dengan persahabatan mereka. Hal tersebut akan menyakitkannya. Ketika ia tahu hal tersebut (si perempuan tidak menemaninya ketika malam minggu karena memilih pergi dengan adikya) si Abang sukanya mengamuk dan Bunda lah  bisa menaganinya.

Pada tokoh Abang terjadi kewajaran sikap secara psikologis karena seorang yang autis juga mempunyai tingkah yang sedemikian juga. Ia juga bisa jatuh cinta selayaknya orang-orang normal. Ini adalah kebenaran secara psikologis watak seseorang dan kekopleksitasan cerita dengan menghadirkan tokoh-tokoh tersebut. Tokoh ini digambarkan apa adanya. Seorang yang gangguan jiwa memang bisa melakukan tindakan nekat tidak sepertri orang normal. Seperti ketika Abang diganggu dengan diambil sabunya ia pergi dan mengamuk pada toko yang menjual sabun yang sama. Terdapat pada  halaman 19.

Pada tokoh Bunda, ia adalah sosok ibu yang sabar menghadapi cobaan hidupnya. Anaknya ada yang meninggal ketika masih kecil, ada yang autis (abang),dan anak bungsunya yang mencintai orang yang dicintai Abang hingga membuat Abang tergoncang lagi. Pada kenyataan kehidupan masih ada seorang ibu yang tetap mencintai anak-anaknya dalam keadaan apapun seperti pada tokoh Bunda. Secara Psikologis ini wajar. Terlihat pada kutipan cerita berikut ini.

“Bunda menangisi setiap malam Minggu tiba. Tidak pakai air mata karena ia tidak punya cukup waktu. Ia menanggis cukup dalam hati.” (Lestari, 2008: 20)


“Pada setiap penghujung malam Minggu, Bunda bersandar kelelahan dengan bulir-bulir besar peluh membasahi wajah, anaknya yang berbadan dua kali lebih besar tertidur memeluk kakinya erat-erat…” (Lestari, 2008: 20)

Pada tokoh perempuan kebenaran secara psikologis terlihat jika ia lebih memilih tokoh adik Abang karena ia memilih orang yang normal dalam hidupnya. Dalam hal ini pada kenyataan yang terjadi juga seperti itu. Perempuan itu memilih orang yang bisa memberikan kebahagiaan lahir dan batin baginya. Tidak ada pendramatisiran perilaku tokoh disini. Terlihat pada kutipan berikut.

“Selepas berbicara dengan Bunda, mereka berbicara berdua. Mereka sepakat untuk selama-lamanya pergi dari kehidupan rumah itu. Tidak mungkin mereka terpenjara setiap minggu di sana.” (Lestari, 2008:  20)

Pada tokoh adik abang kebenaran secara psikologis terlihat ketika mempertahankan orang yang ia cintai. Inilah yang benar-benar terjadi dalam kehidupan. Ia tidak rela jika harus melepasnya meskipun untuk kakaknya sendiri. Terlihat pada kutipan berikut.

“Dia akan segera tahu kalian berpacaran.”

“Mami lebih baik dia tahu sekarang daripada nanti setelah kami menikah”

“Kami tidak mungkin sembunyi-sembunyi seumur hidup!” Anak laki-lakinya setengah berseru. (Lestari, 2008: 19)

            Selain pada cerita Malaikat juga Tahu tokoh-tokoh yang ada pada cerita lainnya juga demikian. Pada Pada cerita yang berjudul Firasat, tokoh aku yang jatuh hati dengan pemimpin perkumpulannya bisa melakukan sesuatu yang berlebih untuik menarik perhatian. Pada cerita ini ia membuat roti ketika perayaan satu tahun ia bergabung dengan klub tersebut serta membawakan roti untuk pemimpin klub itu. Terdapat pada halaman 95. Hal ini biasa terjadi dalam kehidupan kita. Begitu pula dengan indera keenam atau firasat-firasat yang ada pada seseorang. Secara psikologis ini ada dan terjadi pada seseorang hingga ia mempunyai kekhawatiran yang besar hingga membuatnya ketakutan. Pada tokoh aku memgalami kejadian ini. Pada cerita ini ia khawatir dengan firasat yang akan terjadi pada pemimpin klut itu hal ini dikarenakan ia memiliki rasa dengannya.

            Pembaca dapat menyelami kisah-kisah pada kumpulan cerpen ini dengan merasakan apa yang terjadi pada tokoh-tokoh tersebut. Pembaca mendapatkan pengalaman-pengalaman kehidupan.

            Kumpulan cerpen yang berjudul Rectoverso ini mempunyai kemutakhiran baik berupa cerita, cara penceritaan, tema-tema, dan juga tokoh-tokohnya yang dilihat dari pendekatan Psikologi Sastra masuk akal tanpa adanya sesuatu yang dibuat berlebihan sehingga dapat dikatakan bahwa watak tokoh-tokoh tersebut secara memiliki kebenaran psikologis. Hal ini terdapat pada semua cerita-cerita yang ada pada Rectoverso.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "