LAPORAN
OBSERVASI SEKOLAH
KELOMPOK
7
Ketua :
• Taufiq Hasibuan 131301032
Anggota :
• Hetty Juliani 121301015
• Venny Zulkarnain 121301111
• Putri Utami Oktiawandhani 131301050
• Pandu Wiratama 131301108
• Venessa Putri Kintami Meliala 131301122
A.
PROFIL
SEKOLAH
Nama Sekolah : SD Negeri No. 064984
Alamat Sekolah :
Jalan Kapten Muslim No. 240 B Kecamatan Medan Helvetia
Akreditasi Sekolah : A
Uang
Sekolah : Gratis (Dana BOS)
Digunakan Sejak : Tahun 1978
1. Situasi Fisik Sekolah
ü Terdapat
Halaman
ü Jumlah
Kelas : 14 Ruangan
ü Rumah
Ibadah : 1 Musollah
ü Perpustakaan : 1
ü UKS : 1
ü Kantin : 1
ü Koperasi :
1
ü Kamar
Mandi : 6
•
Perempuan : 3
•
Laki – Laki : 3
ü Gudang :
1
2. Identifikasi kelas
Hari
/ Tanggal Observasi : Kamis, 3
April 2014
Kelas
yang di Observasi : IV B
Mata
Pelajaran :
Matematika
Nama
Guru yang Mengajar : Ibu Rana
Waktu
Observasi : 13.15 –
14.30 (75 Menit)
Jumlah
Siswa
• Laki
– Laki : 11 Orang
• Perempuan :
10 Orang
Alat
Observasi : Pena, Buku Catatan, dan Jam
Media
Pembelajaran
• Guru : Spidol dan
White Board
• Siswa : Pena, Buku
Catatan, Buku Panduan
3.
Situasi
Fisik Kelas
ü
Kursi : 37 Buah
ü
Kursi Guru : 1 Buah
ü
Meja : 20 Buah
ü
Meja Guru : 1 Buah
ü
Lemari : 2 Buah
ü
Jam Dinding : 1 Buah
ü
Penghapus : 1 Buah
ü
Kalender : 1 Buah
ü
Papan Absen : 1 Buah
ü
Hiasan Dinding :
11 Buah
ü
Gambar : 1 Buah (Burung Garuda)
ü
Stop Kontak : 1 Buah
ü
Lampu : 2 Buah
ü
Pintu : 2 Buah
ü
Jendela : 15 Buah
ü
Ukuran Kelas : 6 x 6 Meter
B. DESKRIPSI
KELAS
Kelas
yang menjadi bahan observasi kami adalah kelas IV B, didalam kelas itu terdapat
21 orang siswa yang terdiri dari 11 orang siswa laki – laki dan 10 orang siswa
perempuan. Ruangan kelas tersebut memiliki luas 6 x 6 meter.
Tata
Letak ruangan di dalam kelas tersebut yaitu meja dan kursi disusun 4 banjar
dengan masing – masing banjarnya terdapat 5 buah meja dan di setiap meja ada 2
buah kursi. Meja dan kursi untuk guru terletak di depan kursi banjar ketiga. Sebelah
kiri meja guru terdapat 2 buah lemari, di belakang meja guru terdapat 1 buah
papan white board. Di atas white board terdapat gambar burung garuda saja,
namun tidak terdapat gambar presiden dan wakil presiden. Di atas gambar burung
garuda terdapat 1 buah jam dinding berwarna kuning keemasan.
Ruangan
kelas tersebut di penuhi dengan hiasan dinding yang merupakan hasil karya dari
para siswa dan siswi kelas itu, yaitu berupa 10 buah puisi dan 1 buah mengenai
struktur matahari dan gerhana matahari. Ada 2 buah pintu di dalam kelas IV B,
pintu 1 yang merupakan pintu utama terletak di samping meja banjar pertama,
sedangkan pintu 2 itu merupakan pintu yang menghubungkan antara kelas IV B dan
kelas IV A.
C.
LAPORAN HASIL OBSERVASI
1.
Pendahuluan
Pendidikan
merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan bangsa dan faktor
pendukung yang memegang peranan penting di seluruh sektor kehidupan, sebab
kualitas kehidupan suatu bangsa sangat erat hubungannya dengan tingkat
pendidikan. Peran sekolah dinilai sangat penting bagi maju dan berkembangnya
masyarakat dan terjaminnya kebutuhan kehidupan mereka kelak di kemudian hari.
Namun,
landasan untuk membentuk pendidikan sekolah yang unggul harus terus diperbaiki
agar pendidikan didunia sekolah lebih baik lagi. Mulai dari teori belajar yang
digunakan, manajemen kelas, orientasi belajar, hingga motivasi belajar siswa
juga harus diperhatikan. Dengan begitu kualitas pendidikan yang terbaik dapat
kita berikan untuk semua anak bangsa.
2.
Landasan
Teori
·
Teori
belajar
Pandangan teori belajar menurut
aliran behavioristik ( tingkah laku) adalah perubahan dalam tingkah laku
sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon, menekankan pada
“hasil” dari proses belajar. Menurut aliran kognitif adalah proses belajar
sebenarnya terdiri dari tiga tahapan , yakni asimilasi, akomodasi, dan
equilibrasi (penyeimbangan) menurut piaget, menekankan pad “proses” belajar.
Menurut aliran humanistik adalah apa yang mungkin dikuasai ( dipelajari) oleh
siswa, tercakup dalam tiga kawasan, yaitu kognitif, psikomotor, afektif menurut
Blomm dan Krathowl, menekankan pada “isi” atau apa yg dipelajari.
·
Manajemen
Kelas
Manajemen
kelas merupakan kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang
optimal bagi terjadinya proses belajar efektif di dalam kelas. Prinsip
manajemen kelas di aplikasikan secara berbeda untuk setiap tingkatan
pendidikannya dan di sesuaikan juga denga kebutuhan yang ada dengan
mempertimbangkan iklim dan budaya sekolah.
Beberapa gaya penataan kelas, yaitu :
ü Gaya
auditorium: gaya susunan kelas di mana semua murid duduk menghadap guru.
ü Gaya tatap
muka: gaya susunan kelas di mana murid saling menghadap.
ü Gaya
off-set: gaya susunan kelas di mana sejumlah murid (tiga atau empat orang)
duduk di bangku namun tidak berhadapan langsung satu sama lain.
ü Gaya
seminar: gaya susunan kelas di mana sejumlah murid (sepuluh atau lebih) duduk
di susunan berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U.
ü Gaya
kluster: gaya susunan kelas di mana sejumlah murid (biasanya empat sampai
delapan orang) bekerja dalam kelompok kecil.
·
Perspektif Motivasi
Santrock
(2008) menjelaskan motivasi berdasarkan 4 perspektif yaitu:
3.
Hasil Observasi
Kelas
yang menjadi bahan observasi kami adalah kelas IV B. Proses belajar mengajar
sebenarnya dimulai pada pukul 13.00, namun dikarenakan pada saat itu sedang
hujan deras, maka guru yang mengajar di dalam kelas itu sedikit terlambat.
Selama kurang lebih 10 menit, akhirnya guru yang mengajar itu datang.
Kemudian
tanpa membuang waktu ia langsung memulai pembelajaran. Pertama ia menjelaskan
mengenai cara mengerjakan perkalian dua suku di papan tulis, pada saat itu
sedang berlangsung pembelajaran matematika.
Setelah
selesai menerangkan materi dan memberikan beberapa buah contoh, guru itu
menyuruh muridnya untuk maju ke depan satu persatu untuk mengerjakan soal yang
sudah ia buat di papan tulis. Dengan jumlah murid yang tidak terlalu banyak,
maka semua murid mendapat gilirannya masing-masing.
Setelah
semua muridnya mendapat giliran untuk mengerjakan tugas ke depan, kemudian ia juga
memberikan pekerjaan rumah untuk para muridnya yang akan dikumpulkan ketika
masuk pelajaran matematika selanjutnya.
Cara
belajar yang seperti itu jika menurut kami dan menurut buku yang telah
dipelajari mungkin akan kurang efektif dan bisa saja memang tidak efektif.
Karena apa? Karena dengan menyuruh satu per satu murid maju ke depan dan
mengerjakan soal, maka murid yang belum atau yang sudah mengerjakan soal akan
menjadi ribut dan kelas menjadi tidak kondusif. Masing-masing murid memiliki
kegiatannya sendiri, seperti yang kami perhatikan, ada yang bercerita dengan
temannya yang lain, ada yang hanya bengong, ada yang menulis hal yang tidak
menyangkut pelajaran, dan lain sebagainya.
Disini
cara berbicara guru tidaklah terlalu formal, tetapi masih dalam kaidahnya dan
masih sopan, tidak hanya asal berbicara dan menerangkan. Tidak ada bahasa yang
kasar yang kami dengar, tidak ada juga yang sampai memaki murid walaupun memang
ada beberapa murid yang terlalu ribut dan tidak memperhatikan ke depan kelas.
Sorot
mata sang guru juga tidak ada tatapan merendahkan atau seperti men-judge
rendah oranglain, walaupun kami ada disana untuk mengobservasi ataupun ada
murid yang membuat keributan. Hanya saja ketika keributan memang sudah melewati
batas, maka sang guru hanya sedikit menatap tegas dan memanggil nama murid yang
membuat keributan.
Ketika
dengan cara memanggil pun sang murid tidak mengindahkannya, maka yang dilakukan
sang guru adalah memberi sebuah punishment. Tetapi apakah keributan berhasil
diminimalisir? Jawabannya adalah iya, tetapi hanya berkisar lima menit dan
setelah itu keributan kembali terjadi.
Respon
murid terhadap gurunya sangat kami acungi jempol. Karena pada saat guru
menerangkan dan mulai bertanya, hampir satu kelas menjawab pertanyaan guru
dengan semangat dan dengan suara yang lantang. Saat soal pertama dibuat dan
ditanyakan siapa yang mau maju ke depan juga hampir semua murid mengacungkan
telunjuknya dan berlomba-lomba ingin maju dan mengerjakan soal ke depan kelas.
D. ANALISIS
DENGAN TEORI BELAJAR
1.
Teori Penguatan Skinner
Skinner
mengidentifikasikan tiga komponen penting dari perubahan perilaku, yaitu :
a. Kesempatan
dimana perilaku terjadi
b. Perilaku
itu sendiri
c. Konsekuensi
dari perilaku
Respon
sering diberikan pada lingkungan untuk menghasilkan konsekuensi yang berbeda,
dan konsekuensi tertentu menimbulkan pengulangan respon. Sebagai contoh seorang
wanita memakai gaun yang indah ketika akan pergi dengan pacarnya kemudian
mengharapkan mendapatkan sebuah pujian atas penampilannya. Bila itu terjadi
maka konsekuensi dari perilaku tersebut akan adanya peningkatan frekuensi dari
perilaku berbusana. Skinner menamakan respon ini sebagai berpenguat. Penguatan
adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan
terjadi atau penguat meningkatkan frekuensi respons.
Pada
kelas IV B, guru memberikan reinforcement kepada murid di dalam kelas.
Di mana ketika guru menyuruh muridnya untuk mengerjakan soal yang ia berikan di
depan kelas (stimulus), ternyata ada murid yang ribut dan ketika ia di suruh
mengerjakan soal tersebut tetapi ia tidak dapat menjawabnya (respon) setelah
itu guru memberikan reinforcement dari perilakunya yaitu dengan
memberikan reinforcement negatif bagi murid yang ribut sehingga tidak dapat
menjawab soal. Sedangkan untuk siswa yang diam dan memperhatikan temannya yang
sedang mengerjakan soal di depan kelas (reinforcement positif).
Pada
proses pembelajaran yang dilakukan, guru memberikan reinforcement di
mana reinforcement positif dapat menguatkan perilaku dan akan
meningkatkan frekuensi dari perilaku sehingga murid yang selalu memperhatikan
temannya yang sedang mengerjakan soal di depan akan mempertahankan perilakunya.
Sedangkan bagi murid yang ribut sehingga tidak dapat menjawab soal diberikan reinforcement
negatif dan hukuman dengan harapan siswa menghilangkan perilaku tersebut.
Teknik
kontrol yang paling umum adalah hukuman (Skinner, 1953). Niat dari tindakan ini
adalah untuk mereduksi frekuensi perilaku tertentu. Dari perspektif
pengkondisian penguatan perilaku mungkin dihukum dengan dua cara :
a. Penghilangan
penguat positif. Ini adalah model hukuman dimana ketika seseorang berperilaku
buruk maka lingkungan langsung mengarahkan ketidaksetujuan atas perilaku
tersebut.
- Penambahan penguatan negatif. Model hukuman ini adalah dengan memberikan tambahan penguatan negatif pada situasi dimana saat perilaku tersebut terjadi.
2.
Teori Vygotsky
·
Asumsi Vygotsky
Ada
3 klaim dalam inti pandangan Vygotsky, yaitu :
ü Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila
dianalisis dan diinterpretasikan secara developmental.
ü Kemampuan
kognitif dimediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus, yang berfungsi
sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransformasi aktivitas mental.
ü Kemampuan
kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh later belakang sosio
kultural.
·
Scaffolding
Teknik
untuk mengubah level bantuan untuk belajar. Seorang guru atau murid yang lebih
pandai atau mampu menyesuaikan jumlah bimbingan sesuai dengan kinerja murid.
·
Zone of Proximal
Development (ZPD)
Istilah
Vygotsky untuk serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara
sendirian tetapi dapat dipelajari dengan bantuan dari orang dewasa atau anak
yang lebih mampu. Sebagai contoh,
ketika guru menyuruh murid untuk mengerjakan soal didepan kelas, ada seorang
murid yang belum mengerti dan ia bertanya kepada teman sebangkunya yang sudah
mengerti. Setelah berulang-ulang diajarkan oleh temannya, akhirnya ketika ia
disuruh maju
E.
KESIMPULAN
Setelah
kami melakukan observasi di SD Negeri 064984 pada hari Kamis, 3 April 2014
dapat ditarik kesimpulan bahwa sekolah tersebut memiliki sistem pembelajaran
yang cukup baik dan sesuai dengan teori-teori mengenai proses belajar-mengajar.
Sistem
pembelajaran seperti itu dapat menjadikan murid semakin aktif dalam kegiatan
belajar mengajar. Semua murid sangat antusias dalam mendengarkan dan
memerhatikan guru mereka.
F.
TESTIMONI
HASIL PENELITIAN
·
Hetty Juliani (12-015)
Perasaan
senang menemani perjalanan observasi saya di SD Negeri No. 064984 yang dilakukan bersama
teman-teman sekelompok saya. Meski awalnya ingin melaksanakan observasi di
sebuah SMA yang,
akan tetapi hal itu gagal terwujud dan berakhir pada kesepakan
bersama teman-teman saya yaitu dan bertepatan di SD Negeri No. 064984.
Sambutan yang hangat kami terima dari wakil kepala sekolah, guru-guru dan juga
murid-murid yang berada di sekolah tersebut.
Banyak pengalaman,
pengetahuan juga ilmu yang saya dapatkan dalam tugas observasi. Terima kasih kepada
wakil kepala sekolah, guru-guru, murid-murid SD Negeri No. 064984.
·
Venny
Zulkarnain (12-111)
Dengan
adanya tugas observasi ini, pengalaman yang saya dapat menjadi bertambah.
Selain itu banyak kesan yang saya dapatkan selama proses observasi ini. Salah
satunya yaitu sangat sulitnya untuk mendapatkan izin observasi dari pihak
sekolah sehingga akhirnya kami harus berpindah sekolah. Sekolah yang kami
observasi adalah SD Negeri No. 064984. Menurut saya, sistem pengajaran yang
diberikan sudah cukup baik, karena masih menggunakan metode pengajaran
langsung.
·
Taufiq
Hasibuan (13-032)
Melakukan
observasi langsung ke sekolah merupakan pengalaman yang baru bagi saya, karena
sebelumnya saya tidak pernah melakukannya. Sistem pengajaran yang di terapkan
pada SD Negeri No. 064984 menurut saya sudah sesuai dengan teori yang ada. Ini
saya lihat karena guru dalam proses belajar mengajar menggunakan metode
langsung dimana adanya interaksi yang sangat baik antara guru dan murid.
·
Putri Utami Oktiawandhani (13-050)
Ini merupakan
pengalaman yang pertama kali bagi saya, melakukan observasi langsung ke
sekolah. Pengalaman ini juga merupakan pengalaman baru dan pengalaman yang
sangat berharga bagi saya. Karena dari sinilah saya dapat mengaplikasikan
secara langsung semua teori-teori yang telah saya terima selama saya mengikuti
perkuliahan Psikologi Pendidikan. Dengan melakukan observasi secara langsung
ini saya dapat mengamati dan lebih memahami mengenai teori tersebut dengan
menggunakan contoh yang nyata. Menurut saya, sistem pembelajaran di sekolah
yang menjadi objek observasi kami sudah sesuai, namun fasilitas yang terdapat di
sekolah itu belum cukup mendukung.
·
Pandu Wiratama (13-108)
Teori
yang di gunakan SD 064984 sudah cukup baik bagi anak-anak yang menjalankan
proses belajar mengajar di sekolah, namun minimnya fasilitas dapat menghambat
pengetahuan mereka pada zaman modern saat ini, karena bagaimanapun kecanggihan
tekhnologi yang ada saat ini dapat memberikan efek positif bagi anak-anak ke
depannya untuk bersaing di dunia global. Pihak sekolah juga harus memperhatikan
tingkah laku dari murid-murid agar tidak menyimpang, karena sebagian dari
mereka masih banyak yang tidak mematuhi perintah dan arahan guru.
·
Venessa Putri Kintami Meliala (13-122)
Sistem pembelajaran
yang diterapkan pada SD Negeri No. 064984 sudah cukup
baik. Hal ini saya lihat karena adanya interaksi yang sangat baik antara guru
dan murid, Dimana ketika guru memberikan pertanyaan kepada muridnya, sang murid
pun dengan sangat antusias menjawab pertanyaan dari gurunya. Pembelajaran yang
seperti ini dapat membuat siswa menjadi lebih aktif di dalam melaksanakan proses
belajar mengajar. Observasi ini memberikan saya banyak pengalaman baru yang
sebelumnya tidak pernah saya lakukan, dan observasi ini juga menambah
pengetahuan saya tentang bagaimana cara pengajaran yang efektif.
0 komentar:
Posting Komentar