Minggu, 20 April 2014



LAPORAN OBSERVASI SEKOLAH
KELOMPOK 7
Ketua  :
       Taufiq Hasibuan                                 131301032
Anggota          :
       Hetty Juliani                                       121301015
       Venny Zulkarnain                              121301111
       Putri Utami Oktiawandhani               131301050
       Pandu Wiratama                                131301108
       Venessa Putri Kintami Meliala          131301122
A.      PROFIL SEKOLAH
Nama Sekolah             : SD Negeri No. 064984
Alamat Sekolah           : Jalan Kapten Muslim No. 240 B Kecamatan Medan Helvetia
Akreditasi Sekolah      : A
Uang Sekolah              : Gratis (Dana BOS)
Digunakan Sejak         : Tahun 1978

1.      Situasi Fisik Sekolah
ü  Terdapat Halaman
ü  Jumlah Kelas                    : 14 Ruangan
ü  Rumah Ibadah                 : 1 Musollah
ü  Perpustakaan                    : 1
ü  UKS                                 : 1
ü  Kantin                              : 1
ü  Koperasi                           : 1
ü  Kamar Mandi                   : 6
     Perempuan                   : 3
     Laki – Laki                  : 3
ü  Gudang                            : 1
2.      Identifikasi kelas
Hari / Tanggal Observasi         : Kamis, 3 April 2014
Kelas yang di Observasi         : IV B
Mata Pelajaran                        : Matematika
Nama Guru yang Mengajar     : Ibu Rana
Waktu Observasi                     : 13.15 – 14.30 (75 Menit)
Jumlah Siswa
     Laki – Laki                         : 11 Orang
     Perempuan                          : 10 Orang
Alat Observasi                                    : Pena, Buku Catatan, dan Jam
Media Pembelajaran
     Guru                                   : Spidol dan White Board
     Siswa                                  : Pena, Buku Catatan, Buku Panduan

3.      Situasi Fisik Kelas
ü  Kursi                                : 37 Buah
ü  Kursi Guru                       :   1 Buah
ü  Meja                                 : 20 Buah
ü  Meja Guru                        :   1 Buah
ü  Lemari                              :   2 Buah
ü  Jam Dinding                     :   1 Buah
ü  Penghapus                        :   1 Buah
ü  Kalender                          :   1 Buah
ü  Papan Absen                    :   1 Buah
ü  Hiasan Dinding                : 11 Buah
ü  Gambar                            :   1 Buah (Burung Garuda)
ü  Stop Kontak                     :   1 Buah
ü  Lampu                              :   2 Buah
ü  Pintu                                 :   2 Buah
ü  Jendela                             : 15 Buah
ü  Ukuran Kelas                   : 6 x 6 Meter


B.       DESKRIPSI KELAS
Kelas yang menjadi bahan observasi kami adalah kelas IV B, didalam kelas itu terdapat 21 orang siswa yang terdiri dari 11 orang siswa laki – laki dan 10 orang siswa perempuan. Ruangan kelas tersebut memiliki luas 6 x 6 meter.
Tata Letak ruangan di dalam kelas tersebut yaitu meja dan kursi disusun 4 banjar dengan masing – masing banjarnya terdapat 5 buah meja dan di setiap meja ada 2 buah kursi. Meja dan kursi untuk guru terletak di depan kursi banjar ketiga. Sebelah kiri meja guru terdapat 2 buah lemari, di belakang meja guru terdapat 1 buah papan white board. Di atas white board terdapat gambar burung garuda saja, namun tidak terdapat gambar presiden dan wakil presiden. Di atas gambar burung garuda terdapat 1 buah jam dinding berwarna kuning keemasan.
Ruangan kelas tersebut di penuhi dengan hiasan dinding yang merupakan hasil karya dari para siswa dan siswi kelas itu, yaitu berupa 10 buah puisi dan 1 buah mengenai struktur matahari dan gerhana matahari. Ada 2 buah pintu di dalam kelas IV B, pintu 1 yang merupakan pintu utama terletak di samping meja banjar pertama, sedangkan pintu 2 itu merupakan pintu yang menghubungkan antara kelas IV B dan kelas IV A.
C.      LAPORAN HASIL OBSERVASI
1.         Pendahuluan
Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan bangsa dan faktor pendukung yang memegang peranan penting di seluruh sektor kehidupan, sebab kualitas kehidupan suatu bangsa sangat erat hubungannya dengan tingkat pendidikan. Peran sekolah dinilai sangat penting bagi maju dan berkembangnya masyarakat dan terjaminnya kebutuhan kehidupan mereka kelak di kemudian hari.
Namun, landasan untuk membentuk pendidikan sekolah yang unggul harus terus diperbaiki agar pendidikan didunia sekolah lebih baik lagi. Mulai dari teori belajar yang digunakan, manajemen kelas, orientasi belajar, hingga motivasi belajar siswa juga harus diperhatikan. Dengan begitu kualitas pendidikan yang terbaik dapat kita berikan untuk semua anak bangsa.




2.         Landasan Teori
·           Teori belajar
Pandangan teori belajar menurut aliran behavioristik ( tingkah laku) adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon, menekankan pada “hasil” dari proses belajar. Menurut aliran kognitif adalah proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan , yakni asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi (penyeimbangan) menurut piaget, menekankan pad “proses” belajar. Menurut aliran humanistik adalah apa yang mungkin dikuasai ( dipelajari) oleh siswa, tercakup dalam tiga kawasan, yaitu kognitif, psikomotor, afektif menurut Blomm dan Krathowl, menekankan pada “isi” atau apa yg dipelajari.
·           Manajemen Kelas
Manajemen kelas merupakan kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar efektif di dalam kelas. Prinsip manajemen kelas di aplikasikan secara berbeda untuk setiap tingkatan pendidikannya dan di sesuaikan juga denga kebutuhan yang ada dengan mempertimbangkan iklim dan budaya sekolah.
Beberapa gaya penataan kelas, yaitu :
ü  Gaya auditorium: gaya susunan kelas di mana semua murid duduk menghadap guru.
ü  Gaya tatap muka: gaya susunan kelas di mana murid saling menghadap.
ü  Gaya off-set: gaya susunan kelas di mana sejumlah murid (tiga atau empat orang) duduk di bangku namun tidak berhadapan langsung satu sama lain.
ü  Gaya seminar: gaya susunan kelas di mana sejumlah murid (sepuluh atau lebih) duduk di susunan berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U.
ü  Gaya kluster: gaya susunan kelas di mana sejumlah murid (biasanya empat sampai delapan orang) bekerja dalam kelompok kecil.
·           Perspektif Motivasi
Santrock (2008) menjelaskan motivasi berdasarkan 4 perspektif yaitu:
3.         Hasil Observasi
Kelas yang menjadi bahan observasi kami adalah kelas IV B. Proses belajar mengajar sebenarnya dimulai pada pukul 13.00, namun dikarenakan pada saat itu sedang hujan deras, maka guru yang mengajar di dalam kelas itu sedikit terlambat. Selama kurang lebih 10 menit, akhirnya guru yang mengajar itu datang.
Kemudian tanpa membuang waktu ia langsung memulai pembelajaran. Pertama ia menjelaskan mengenai cara mengerjakan perkalian dua suku di papan tulis, pada saat itu sedang berlangsung pembelajaran matematika.
Setelah selesai menerangkan materi dan memberikan beberapa buah contoh, guru itu menyuruh muridnya untuk maju ke depan satu persatu untuk mengerjakan soal yang sudah ia buat di papan tulis. Dengan jumlah murid yang tidak terlalu banyak, maka semua murid mendapat gilirannya masing-masing.
Setelah semua muridnya mendapat giliran untuk mengerjakan tugas ke depan, kemudian ia juga memberikan pekerjaan rumah untuk para muridnya yang akan dikumpulkan ketika masuk pelajaran matematika selanjutnya.
Cara belajar yang seperti itu jika menurut kami dan menurut buku yang telah dipelajari mungkin akan kurang efektif dan bisa saja memang tidak efektif. Karena apa? Karena dengan menyuruh satu per satu murid maju ke depan dan mengerjakan soal, maka murid yang belum atau yang sudah mengerjakan soal akan menjadi ribut dan kelas menjadi tidak kondusif. Masing-masing murid memiliki kegiatannya sendiri, seperti yang kami perhatikan, ada yang bercerita dengan temannya yang lain, ada yang hanya bengong, ada yang menulis hal yang tidak menyangkut pelajaran, dan lain sebagainya.
Disini cara berbicara guru tidaklah terlalu formal, tetapi masih dalam kaidahnya dan masih sopan, tidak hanya asal berbicara dan menerangkan. Tidak ada bahasa yang kasar yang kami dengar, tidak ada juga yang sampai memaki murid walaupun memang ada beberapa murid yang terlalu ribut dan tidak memperhatikan ke depan kelas.
Sorot mata sang guru juga tidak ada tatapan merendahkan atau seperti men-judge rendah oranglain, walaupun kami ada disana untuk mengobservasi ataupun ada murid yang membuat keributan. Hanya saja ketika keributan memang sudah melewati batas, maka sang guru hanya sedikit menatap tegas dan memanggil nama murid yang membuat keributan.
Ketika dengan cara memanggil pun sang murid tidak mengindahkannya, maka yang dilakukan sang guru adalah memberi sebuah punishment. Tetapi apakah keributan berhasil diminimalisir? Jawabannya adalah iya, tetapi hanya berkisar lima menit dan setelah itu keributan kembali terjadi.
Respon murid terhadap gurunya sangat kami acungi jempol. Karena pada saat guru menerangkan dan mulai bertanya, hampir satu kelas menjawab pertanyaan guru dengan semangat dan dengan suara yang lantang. Saat soal pertama dibuat dan ditanyakan siapa yang mau maju ke depan juga hampir semua murid mengacungkan telunjuknya dan berlomba-lomba ingin maju dan mengerjakan soal ke depan kelas.
D.      ANALISIS DENGAN TEORI BELAJAR
1.    Teori Penguatan Skinner
Skinner mengidentifikasikan tiga komponen penting dari perubahan perilaku, yaitu :
a.    Kesempatan dimana perilaku terjadi
b.    Perilaku itu sendiri
c.    Konsekuensi dari perilaku
Respon sering diberikan pada lingkungan untuk menghasilkan konsekuensi yang berbeda, dan konsekuensi tertentu menimbulkan pengulangan respon. Sebagai contoh seorang wanita memakai gaun yang indah ketika akan pergi dengan pacarnya kemudian mengharapkan mendapatkan sebuah pujian atas penampilannya. Bila itu terjadi maka konsekuensi dari perilaku tersebut akan adanya peningkatan frekuensi dari perilaku berbusana. Skinner menamakan respon ini sebagai berpenguat. Penguatan adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi atau penguat meningkatkan frekuensi respons.
Pada kelas IV B, guru memberikan reinforcement kepada murid di dalam kelas. Di mana ketika guru menyuruh muridnya untuk mengerjakan soal yang ia berikan di depan kelas (stimulus), ternyata ada murid yang ribut dan ketika ia di suruh mengerjakan soal tersebut tetapi ia tidak dapat menjawabnya (respon) setelah itu guru memberikan reinforcement dari perilakunya yaitu dengan memberikan reinforcement negatif bagi murid yang ribut sehingga tidak dapat menjawab soal. Sedangkan untuk siswa yang diam dan memperhatikan temannya yang sedang mengerjakan soal di depan kelas (reinforcement positif).
Pada proses pembelajaran yang dilakukan, guru memberikan reinforcement di mana reinforcement positif dapat menguatkan perilaku dan akan meningkatkan frekuensi dari perilaku sehingga murid yang selalu memperhatikan temannya yang sedang mengerjakan soal di depan akan mempertahankan perilakunya. Sedangkan bagi murid yang ribut sehingga tidak dapat menjawab soal diberikan reinforcement negatif dan hukuman dengan harapan siswa menghilangkan perilaku tersebut.
Teknik kontrol yang paling umum adalah hukuman (Skinner, 1953). Niat dari tindakan ini adalah untuk mereduksi frekuensi perilaku tertentu. Dari perspektif pengkondisian penguatan perilaku mungkin dihukum dengan dua cara :
a.       Penghilangan penguat positif. Ini adalah model hukuman dimana ketika seseorang berperilaku buruk maka lingkungan langsung mengarahkan ketidaksetujuan atas perilaku tersebut.
  1. Penambahan penguatan negatif. Model hukuman ini adalah dengan memberikan tambahan penguatan negatif pada situasi dimana saat perilaku tersebut terjadi.
2.    Teori Vygotsky

·         Asumsi Vygotsky
Ada 3 klaim dalam inti pandangan Vygotsky, yaitu :
ü   Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterpretasikan secara developmental.
ü  Kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus, yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransformasi aktivitas mental.
ü  Kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh later belakang sosio kultural.
·         Scaffolding
Teknik untuk mengubah level bantuan untuk belajar. Seorang guru atau murid yang lebih pandai atau mampu menyesuaikan jumlah bimbingan sesuai dengan kinerja murid.
·         Zone of Proximal Development (ZPD)
Istilah Vygotsky untuk serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian tetapi dapat dipelajari dengan bantuan dari orang dewasa atau anak yang lebih mampu. Sebagai contoh, ketika guru menyuruh murid untuk mengerjakan soal didepan kelas, ada seorang murid yang belum mengerti dan ia bertanya kepada teman sebangkunya yang sudah mengerti. Setelah berulang-ulang diajarkan oleh temannya, akhirnya ketika ia disuruh maju
E.       KESIMPULAN
Setelah kami melakukan observasi di SD Negeri 064984 pada hari Kamis, 3 April 2014 dapat ditarik kesimpulan bahwa sekolah tersebut memiliki sistem pembelajaran yang cukup baik dan sesuai dengan teori-teori mengenai proses belajar-mengajar.
Sistem pembelajaran seperti itu dapat menjadikan murid semakin aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Semua murid sangat antusias dalam mendengarkan dan memerhatikan guru mereka.
F.       TESTIMONI HASIL PENELITIAN
·           Hetty Juliani (12-015)
Perasaan senang menemani perjalanan observasi saya di SD Negeri No. 064984 yang dilakukan bersama teman-teman sekelompok saya. Meski awalnya ingin melaksanakan observasi di sebuah SMA yang, akan tetapi hal itu gagal terwujud dan berakhir pada kesepakan bersama teman-teman saya yaitu dan bertepatan di SD Negeri No. 064984. Sambutan yang hangat kami terima dari wakil kepala sekolah, guru-guru dan juga murid-murid yang berada di sekolah tersebut. Banyak pengalaman, pengetahuan juga ilmu yang saya dapatkan dalam tugas observasi. Terima kasih kepada wakil kepala sekolah, guru-guru, murid-murid SD Negeri No. 064984.
·           Venny Zulkarnain (12-111)
Dengan adanya tugas observasi ini, pengalaman yang saya dapat menjadi bertambah. Selain itu banyak kesan yang saya dapatkan selama proses observasi ini. Salah satunya yaitu sangat sulitnya untuk mendapatkan izin observasi dari pihak sekolah sehingga akhirnya kami harus berpindah sekolah. Sekolah yang kami observasi adalah SD Negeri No. 064984. Menurut saya, sistem pengajaran yang diberikan sudah cukup baik, karena masih menggunakan metode pengajaran langsung.
·           Taufiq Hasibuan (13-032)
Melakukan observasi langsung ke sekolah merupakan pengalaman yang baru bagi saya, karena sebelumnya saya tidak pernah melakukannya. Sistem pengajaran yang di terapkan pada SD Negeri No. 064984 menurut saya sudah sesuai dengan teori yang ada. Ini saya lihat karena guru dalam proses belajar mengajar menggunakan metode langsung dimana adanya interaksi yang sangat baik antara guru dan murid.
·           Putri Utami Oktiawandhani (13-050)
Ini merupakan pengalaman yang pertama kali bagi saya, melakukan observasi langsung ke sekolah. Pengalaman ini juga merupakan pengalaman baru dan pengalaman yang sangat berharga bagi saya. Karena dari sinilah saya dapat mengaplikasikan secara langsung semua teori-teori yang telah saya terima selama saya mengikuti perkuliahan Psikologi Pendidikan. Dengan melakukan observasi secara langsung ini saya dapat mengamati dan lebih memahami mengenai teori tersebut dengan menggunakan contoh yang nyata. Menurut saya, sistem pembelajaran di sekolah yang menjadi objek observasi kami sudah sesuai, namun fasilitas yang terdapat di sekolah itu belum cukup mendukung.
·           Pandu Wiratama (13-108)
Teori yang di gunakan SD 064984 sudah cukup baik bagi anak-anak yang menjalankan proses belajar mengajar di sekolah, namun minimnya fasilitas dapat menghambat pengetahuan mereka pada zaman modern saat ini, karena bagaimanapun kecanggihan tekhnologi yang ada saat ini dapat memberikan efek positif bagi anak-anak ke depannya untuk bersaing di dunia global. Pihak sekolah juga harus memperhatikan tingkah laku dari murid-murid agar tidak menyimpang, karena sebagian dari mereka masih banyak yang tidak mematuhi perintah dan arahan guru.
·           Venessa Putri Kintami Meliala (13-122)
Sistem pembelajaran yang diterapkan pada SD Negeri No. 064984 sudah cukup baik. Hal ini saya lihat karena adanya interaksi yang sangat baik antara guru dan murid, Dimana ketika guru memberikan pertanyaan kepada muridnya, sang murid pun dengan sangat antusias menjawab pertanyaan dari gurunya. Pembelajaran yang seperti ini dapat membuat siswa menjadi lebih aktif di dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Observasi ini memberikan saya banyak pengalaman baru yang sebelumnya tidak pernah saya lakukan, dan observasi ini juga menambah pengetahuan saya tentang bagaimana cara pengajaran yang efektif.



0 komentar:

Posting Komentar

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "